29 Mar 2011

Kurniawan "si kurus" Sempat Nikmati Serie A



Kurniawan Dwi Yulianto (lahir di Magelang, Jawa Tengah, 13 Juli 1976; umur 34 tahun) adalah seorang pesepak bola Indonesia yang juga dianggap sebagai salah satu yang terbaik yang dimiliki Indonesia. Terakhir ia bermain untuk Persela Lamongan di Indonesia Super League. Sekarang ditahun 2010 Kurniawan Dwi Yulianto mencoba peruntungannya bermain untuk klub kebanggaan masyarakat Medan yaitu the killer PSMS Medan di kasta divisi utama.

Biasa bermain sebagai striker, Kurniawan adalah salah satu dari sedikit pemain Indonesia yang pernah bermain di Eropa. Pada awal kariernya dia sempat bermain di tim remaja Sampdoria sebelum kemudian pindah ke FC Luzern di Swiss akibat masalah dengan PSSI.

Pemain yang akrab dipanggil "Ade" dan juga sering dijuluki "Kurus" karena posturnya yang kecil ini lalu kembali ke Indonesia dan bermain di Liga Indonesia dan bermain dengan beberapa tim: PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, PS Pelita Bakrie, Persebaya Surabaya,Persija Jakarta , Persitara Jakarta Utara, Persela Lamongan, dan sekarang bermain untuk PSMS Medan. Antara Desember 2005 hingga Mei 2006, Kurniawan memperkuat Sarawak FC di Malaysia, namun ia dianggap gagal karena jarang mencetak gol dan diputus kontrak.

Karier Kurniawan pernah melorot akibat mengkonsumsi narkoba pada sekitar akhir 1990-an, namun dia kemudian bangkit dan kembali memperoleh karier sepak bola yang sukses. Saat ini Kurniawan adalah pemain dengan penampilan terbanyak dalam timnas sepak bola Indonesia (60 penampilan) dan juga pencetak gol terbanyak dalam timnas (33 gol).
Kurniawan memiliki satu anak dari pernikahannya dengan Kartika Dewi.

Kiper Timnas Pernah Membela Sampdoria



*Kurnia Sandy (belakang, No.3 dari kanan) merupakan penerus Hermansyah di tim nasional. Saat junior ia bersama Kurniawan cs bergabung dengan PSSI Primavera dan belajar di Italia. Kurnia Sandy juga pernah bergabung setahun dengan tim italia, Sampdoria, Saat pulang ke Indonesia, Kurnia Sandy memperkuat Pelita Jaya, Persik Kediri, Arema Malang hingga Persebaya Surabaya. Seperti Hermansyah, Kurnia Sandy dikenal sebagai kiper yang memiliki kemampuan dan skill di atas rata-rata.

Juara Sebagai Pemain Dan Pelatih

Carletto sukses sebagai pemain dan pelatih
TAK banyak yang bisa menjuarai Liga Champions. Apalagi sebagai pemain dan pelatih. Sejak digelar tahun 1955, tercatat baru ada lima orang yang melakukannya. Dari lima pemain itu bahkan hanya ada dua orang yang mampu menjuarai Liga Champions kala menjadi pemain dan pelatih sebanyak dua kali.
Miguel Munoz 
Inilah orang pertama yang sukses menjadi pemain sekaligus pelatih yang menjuarai Liga Champions. Munoz adalah pemain yang sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk membela Los Blancos. Selama sepuluh tahun ia bermain mulai dari tahun 1948 hingga 1958. Pada rentang waktu tersebut ia berhasil membuat klubnya menjuarai Liga Champions pada tahun 1956 dan 1957. 
Munoz kemudian menjadi pelatih Real Madrid. Lagi-lagi ia berhasil membawa klub asuhannya menjadi kampiun tahun 1960 dan 1966. 
Carlo Ancelotti 
Pria yang akrab disapa Carletto ini merupakan salah satu pelatih paling sukses di AC Milan. Berkat tangan dinginnya, I Rossoneri menjadi klub kedua dibawah Real Madrid yang berhasil menjadi kampiun Eropa sebanyak tujuh kali. 
Kariernya sebagai pemain Milan dimulai pada tahun 1987. Dua tahun kemudian, Ancelotti berhasil membawa klubnya juara Liga Champions di tahun 1989 dan 1990. Tahun 2001, ia kembali ke San Siro. Kali ini sebagai pelatih. Tahun 2003 dan 2007, Ancelotti kembali sukses mempersembahkan gelar juara bagi Milan. 
Giovanni Trapattoni 
Juara sebagai pemain: AC Milan (1963, 1969) 
Juara sebagai pelatih: Juventus (1985)
Johan Cruyff 
Juara sebagai pemain: Ajax (1971, 1972, 1973)
Juara sebagai pelatih: Barcelona (1992)
Frank Rijkaard 
Juara sebagai pemain: AC Milan (1989, 1990), Ajax (1995) 
Juara sebagai pelatih: Barcelona (2006)

10 Rekor Arsenal Yang Sulit Di Pecahkan







Arsenal adalah salah klub tersukses di Inggris, punya banyak penggemar di seluruh dunia dan selalu melahirkan pemain-pemain top. Klub di London Utara ini boleh bannga karena punya rekor fantastis yang rasanya sulit dipecahkan di era sepakbola modern. 

Klub yang sekarang dilatih Arsene Wenger ini memang sedang mengalami masa-masa sulit di musim 2008/09. Sudah beberapa musim mereka belum mendapat tropi baik di tingkat domestik maupun internasional. Piala terakhir yang mereka raih adalah Piala FA pada 2005. Sedangkan gelar Liga Primer Inggris terakhir dicicipi pada musim 2003/04. Meski begitu, jangan pernah menganggap remeh Arsenal. Walaupun masih tertahan di peringkat keempat di musim ini, tapi mereka mampu mengalahkan Manchester United dan Chelsea.

Permainan mereka belakangan ini memang kurang konsisten. Fabregas cs kerap tersandung melawan klub-klub papan bawah. Wajar saja, karena saat ini Arsenal banyak dihuni pemain muda berbakat. Ini adalah hasil polesan Wenger yang dikenal bertangan dingin dalam memantau dan membina pemain muda. Performa Arsenal banyak mendapat pujian.

Mereka mampu tampil menyerang, atraktif, penguasaan bola yang baik serta umpan-umpan yang terukur. Hanya saja mereka belum punya lagi ujung tombak setajam Thierry Henry. Emmanuel Adebayor yang musim lalu cukup subur, belum bisa mengulangi produktifitasnya sampai pertengahan musim ini.

Tapi banyak yang meyakini Arsenal mampu bangkit dan tampil trengginas. Pengalaman dan kejelian Wenger dalam meracik tim rasanya masih bisa menuai hasil positif. Pria asal Prancis ini termasuk pelatih terlama di Liga Primer setelah Sir Alex Ferguson dan merupakan salah satu pelatih tersukses Arsenal.

1. Arsenal mencetak rekor 49 kali tidak terkalahkan di Liga Primer dari Mei 2003 sampai November 2004, 38 kali diantaranya terjadi pada musim 2003/04 saat mereka menjadi juara liga. Rekor sebelumnya dibuat Preston North End yang tak terkalahkan dala 22 pertandingan liga, dan itu terjadi di musim 1888/89! Sulit rasanya menyamai atau menumbangkan rekor tersebut dalam waktu dekat.

2. Arsenal memastikan gelar juara Liga Primer musim 1988/89 setelah mengalahkan Liverpool 2-0 di Anfield. Gol kemenangan dicetak Michael Thomas di menit ke-90. Uniknya, Thomas hijrah ke Liverpool pada tahun 1991. Keberhasilan Arsenal meraih gelar secara dramatis itulah yang mengilhami novel Fever Pitch.

3. Kiprah Arsenal pada dekade 1980-an menjadi inspirasi novel laris Fever Pitch yang ditulis novelis terkenal, Nick Hornby. Buku tersebut bahkan dibuat film layar lebar, ada versi Inggris dan Amerika (Hollywood).

4. Film pertama bertema sepakbola adalah The Arsenal Stadium Mistery (1939). Fokus utamanya tentu tentang Arsenal yang dibalut dengan cerita fiksi mengenai kecurangan dalam sepakbola. Beberapa pemain Arsenal ikut bermain sebagai figuran di film itu.

5. Nama Arsenal selalu disebut-sebut sebagai bagian dari budaya sepakbola Inggris. Diantaranya, pada 22 Januari 1927, pertandingan Arsenal melawan Sheffield United adalah pertandingan pertama di kompetisi Inggris yang disiarkan live melalui radio. Lalu, pada 16 September 1937, pertandingan pertama yang disiarkan langsung di televisi adalah pertandingan eksebisi antara tim utama Arsenal melawan tim cadangan Arsenal.

6. Sepanjang sejarah Liga Primer, Arsenal hanya tujuh kali finis dibawah urutan 14, sebuah rekor terbaik. Rata-rata posisi mereka dari tahun 1900 sampai 1999 adalah 8,5, tertinggi diantara klub lain. Selama ditangani Wenger, Arsenal selalu finis di tiga besar, kecuali di musim 2005/06 dan 2006/07 mereka finis di urutan keempat.

7. Arsenal belum pernah menjuarai Liga Champions. Pretasi terbaiknya adalah masuk final pada musim 2005/06. Mereka juga menjadi klub asal London pertama yang mampu lolos ke final Liga Champions pada 2006. Tapi di final mereka dikalahkan Barcelona 2-1.

8. Arsenal sudah 13 kali menjuarai Liga Primer, terbanyak setelah Liverpool (18) dan Manchester United (17). Mereka menjuarai Piala FA sepuluh kali, terbanyak setelah Manchester United (11). Arsenal tiga kali juara dobel, Liga Primer dan Piala FA dalam satu musim, pada 1971, 1998 dan 2002, rekor yang sama banyaknya dengan Manchester United. Pada 1993, Arsenal jadi tim pertama yang menjuarai Piala FA dan Piala Liga di tahun yang sama.

9. David O'Leary merupakan pemain yang paling banyak tampil bersama Arsenal (722 pertandingan). Urutan kedua, bek tangguh dan mantan kapten tim Tony Adams (669). Kiper yang paling sering tampil, David Seaman (563). Thierry Henry menjadi pencetak gol terbanyak dengan total 226 gol di semua ajang dari tahun 1999 sampai 2007.

10. Arsenal didirikan pada 1886 dengan nama Dial Square, lalu diubah menjadi Royal Arsenal. Setelah menjadi klub profesional pada 1891, nama klub diubah lagi menjadi Woolwich Arsenal. Pada 1913, mereka bermarkas di stadion Highbury, dan setahun kemudian nama Woolwich dihapus sehingga nama Arsenal dipakai sampai sekarang.

Ini Dia Top Skorer Beruntun





Jean Pierre Papin melegenda antara lain karena ia pernah menjadi top skorer Liga Prancis lima kali berturut-turut. Tapi di atas dia masih ada yang lebih konsisten lagi sebagai pencetak gol terbanyak liga.

Papin adalah salah satu penyerang terhebat yang pernah dilahirkan Prancis. Ketika memperkuat Olympique Marseille dari 1986-1992, ia secara beruntun menjadi top skorer Ligue 1 sebanyak lima kali (1988-1992).

Meski untuk ukuran liga-liga papan atas di Eropa Papin adalah jagonya, tapi ia masih kalah dari beberapa nama yang bermain di liga-liga kelas "dua" di Eropa. Salah satunya adalah Imre Schlosser, yang menjadi top skorer Liga Hongaria enam musim berturut-turut (1909-1914), ketika bermain untuk klub Ferencvaros. Ia bahkan sempat sekali lagi mendominasi perolehan gol individu di kompetisi negaranya saat memperkuat MTK Hongaria di tahun 1917.

Lebih sering lagi adalah Sotiris Kaiafas dari klub Omonia Nicosia. Dia adalah top skorer Liga Siprus delapan kali berturut-turut, antara 1972 dan 1982. Prestasinya di musim 1975/1976, dengan torehan 39 gol, membuatnya diserahi trofi "Sepatu Emas" oleh UEFA.

Dilansir Guardian, apa yang dilakukan Kaiafas pernah dilakukan lebih baik lagi oleh Atilio Garcia. Lahir di Buenos Aires di tahun 1914, pemain berposisi striker itu menghabiskan sebagian besar karirnya di klub kota Montevideo, Nacional, dan menjadi top skorer Liga Uruguay delapan musim berturut-turut, dari 1938 sampai 1946.

Rekor Clean Sheet Kiper


Jika ada pertanyaan soal sosok kiper terbaik dunia, sudah pasti orang-orang tak akan lepas dari nama-nama beken seperti Lev Yashin, Dino Zoff, Sepp Maier, Gordon Banks, dan Ricardo Zamora. 
Jawaban itu bisa jadi sah, namun jika ukurannya paling lama tak kebobolan, para kiper legendaris itu ternyata bukanlah yang terbaik. Faktanya, mereka tak mampu menembus waktu 1.000 menit tanpa kecolongan gol. Lalu siapa saja kiper-kiper yang mampu menjaga gawangnya tetap bersih dan tidak kebobolan?
Mazaropi 
Inilah sosok yang masih memegang rekor cleansheet terlama hingga saat ini. Pemain bernama asli Geraldo Pereira de Matos Filho ini mampu menjaga gawang Vasco da Gama tak kebobolan selama 1.816 menit. Prestasi Mazaropi ini dilakukannya antara tanggal 18 Mei 1977 hingga 7 September 1978. 
Satu hal yang perlu diingat, Mazaropi mencetak rekor tersebut saat Vasco da Gama bergulat di liga regional, bukan nasional. Terlepas dari hal itu, International Federation of Football and History (IFFHS) tetap mengakuinya sebagai kiper dengan cleansheet terlama di Benua Amerika dan dunia. 
Thabet El-Batal 
Kiper kelahiran 1953 ini adalah yang terbaik di Afrika soal menjaga keperawanan gawangnya. Penjaga gawang yang mengabdi total untuk Al Ahly sepanjang kariernya itu tercatat dua kali menorehkan rekor cleansheet melebihi 1.000 menit. Rekor terbaiknya adalah 1.442 menit yang diciptakan antara tahun 1975 dan 1976. 
Sepanjang sejarah, dia tercatat sebagai kiper ketiga yang mampu mencetak cleansheet lebih dari 1.000 menit. Dua pemain yang lebih dulu melakukan hal tersebut adalah rekan seklubnya, Ikram El-Shahhat (1973-74 dan 1976-77) dan kiper Guarani Asuncion asal Paraguay, Raimundo Aguilera (1967 dan 1969).
Dany Verlinden
Dany Verlinden 
Di Benua Biru, nama Verlinden memang kalah tenar dari Yashin, Maier, Zamora, dan Banks. Bahkan, di Belgia sendiri namanya masih di bawah bayang-bayang Michel Preudhomme dan Jean Marie-Pfaff. Namun, dalam urusan mencetak cleansheet, dialah jagonya.
Dalam daftar pencetak cleansheet terlama, kiper kelahiran Aarschot, 15 Agustus 1963 itu berada di urutan ketiga. Sejak 3 Maret hingga 26 September 1990, Verlinden berhasil menjaga gawang Club Brugge tak kebobolan selama 1.390 menit. Catatan itu membuatnya melebihi Abel Resino (Spanyol, 1.275 menit) dan Gaetan Huard (Perancis, 1.266 menit).
Buljubasich dan El-Hadary 
Kedua kiper inilah yang terakhir kali berhasil menjaga keperawanan gawangnya melebihi 1.000 menit. Jose Maria Buljubasich yang sempat didiagnosis mengidap tumor otak mengawal gawang Universidad Catolica tak kebobolan selama 1.352 menit pada 2005. Sementara kiper timnas Mesir di Piala Afrika lalu, Essam El-Hadary mengawal gawang Al Ahly tak kemasukan gol selama 1.288 menit pada tahun 2006.
Al-Ahly 
Klub raksasa Mesir ini adalah yang tersering menelurkan kiper dengan rekorcleansheet mencapai 1.000 menit. Tercatat ada empat kiper yang sempat melakukan hal itu. Di antara keempatnya, Ikrami El-Shahhat adalah yang terhebat. Dia membukukan tiga kali rekor cleansheet dengan menembus waktu 1.000 menit.

Rekor Unik Sepak Bola Piala Dunia

Brasil cetak rekor kemenangan terbanyak.
Kemenangan beruntun terbanyak 
Brasil memegang rekor ini dengan catatan 11 kali menang pada 2002 sampai 2006. 
Tidak terkalahkan terlama 
Brasil mampu mencetak rekor 13 kali tidak terkalahkan antara tahun 1958 hingga 1966. Ini membuat Tim Samba menjadi tim yang paling lama tidak terkalahkan di Piala Dunia. Dalam 13 partai itu, Brasil menang 11 kali dan seri dua kali.
Kekalahan beruntun terbanyak 
Meksiko menjadi tim yang paling banyak menderita kelahan secara beruntun di Piala Dunia. Meksiko terus kalah hingga sembilan kali dari 1930 sampai 1958.
Seri beruntun terbanyak 
Dipegang Belgia yang meraup hasil lima kali seri secara beruntun antara tahun 1998 hingga 2002. 
Tidak pernah menang terbanyak 
Bulgaria memegang rekor tidak pernah menang terlama dalam sejarah Piala Dunia. Dari tahun 1962 hingga 1994, Bulgaria gagal menang sebanyak 17 kali.

Tersubur Der Panzer

Miroslav Klose. (Foto:Dok.SOCCER) 
Keberhasilan Miroslav Klose mencetak dua gol saat Jerman membungkam Azerbaijan 3-0 pada lanjutan PPD Zona Eropa, 9 September 2009 lalu, membuatnya kian merangkak di jajaran top skorer timnas Jerman sepanjang masa.
Dia kini mengoleksi 47 gol, sama dengan koleksi milik duet striker utama Jerman di Piala Dunia 1990, Rudi Voeller dan Juergen Klinsmann.
Die herrliche acht
Berdasarkan data yang ada, Klose termasuk dalam kelompok Die herrliche acht alias The Maginificent Eight, yakni kelompok pemain yang mencetak lebih dari 40 gol bagi timnas Jerman.
1. Gerd Muller
Main: 62
Gol: 68
2. Joachim Loew
Main: 102
Gol: 55
3. Miroslav Klose
Main: 90
Gol: 47
4. Rudi Voeller
Main: 90
Gol: 47
5. Juergen Klinsmann
Main: 108
Gol: 47
Gerd Mueller
Dialah pemegang rekor gol di Der Panzer. Secara total, Der Bomber mengemas 68 gol dari 62 pertandingan yang dilakoninya pada 1966-74. Dia juga satu-satunya pemain dengan rasio gol melebihi angka 1.
Gerd Muller. (Foto:Dok.SOCCER)
Joachim Streich
Di antara delapan pemain di Die herrliche acht, dialah satu-satunya pemain eks Jerman Timur. Hebatnya, dia hanya kalah dari Mueller dalam urusan mencetak gol. Tak heran jika publik menjulukinya Gerd Mueller des Ostens alias “Gerd Mueller dari Timur”.
Michael Ballack
Kapten timnas Jerman ini tercatat sebagai satu-satunya pemain nonstriker di Die herrliche acht. Hebatnya, dia hanya terpaut lima gol dari Klose yang sekarang berada di peringkat ketiga bersama Voeller dan Klinsmann. Mengingat dia berstatus penalty taker, peluangnya menambah pundi-pundi gol sangat terbuka lebar.

Kapten Jawara Liga Champions

Franz Beckenbauer kapten tersukses 
di Liga Champions. 
PEMAIN mana pun ingin menjuarai Liga Champions. Meraih dan mengangkatnya untuk pertama kali dalam perayaan akan memberi kepuasan tiada tara. Dan, yang beruntung melakukannya ialah para kapten tim jawara.
BECKENBAUER PALING SERING
Pemain legendaris Bayern Muenchen, Franz Beckenbauer menjadi kapten yang paling banyak mengangkat trofi juara Liga Champions. Sepanjang Beckenbauer telah mengangkat trofi tersebut sebanyak tiga kali yakni pada 1974, 1975, dan 1976.
REKOR BARESI
Il Capitano AC Milan, Franco Baresi hingga kini masih mempertahankan rekor sebagai kapten terakhir yang mampu mengangkat trofi juara sebanyak dua kali secara berunrun. Baresi melakukannya ketika membawa Milan juara pada 1989 dan 1990.
TIGA KIPER
Hanya ada tiga penjaga gawang yang berperan sebagai kapten tim juara Liga Champions. Mereka adalah kiper Real Madrid, Juan Alonso (1958), kiper Crvena Zvezda, Stevan Stojanovic (1991), dan penjaga gawang Manchester United, Peter Schmeichel pada 1999.
Paolo Maldini
SENSASI KELUARGA MALDINI
Keluarga Maldini menciptakan sejarah di Liga Champions. Mereka menyertakan Cesare Maldini dan Paolo Maldini sebagai satu-satunya ayah dan anak yang sama-sama mampu mengangkat trofi juara. Cesare Maldini mengawalinya ketika membawa AC Milan juara di 1963. Sementara prestasi sang anak, Paolo Maldini lebih baik. Dia menjunjung trofi ketika menjabat sebagai kapten sebanyak dua kali, masing-masing pada 2003 dan 2007.
40 PASANG TANGAN
Sejak mulai bergulir pada musim 1955-56, sudah ada 40 orang kapten yang mengangkat trofi tersebut. Pertama kali yang melakukannya ialah kapten Real Madrid pada musim 1955-56, Miguel Munoz.
NOMOR BERTUAH
Ada fakta menarik mengenai kapten yang mengangkat trofi juara. Terdapat tiga pemain yang menjadi juara dengan urutan sesuai nomor kostum mereka. Itu adalah striker Manchester United, Bobby Charlton yang menjadi kapten kesembilan yang menjadi juara. Kebetulan dia sering mengenakan kostum nomor sembilan. Hal serupa terjadi pada bintang AC Milan, Gianni Rivera yang menjadi kapten kesepuluh yang pernah mengangkat trofi. Satu lagi ialah Johan Cruyff yang sering memakai kostum nomor 14 menjadi kapten keempat belas yang menjadi juara.

Serba Serbi Allenatore Gli Azzurri

 
Posisi timnas Italia selalu menjadi sorotan. Banyak cerita yang ada di baliknya. Apa saja hal-hal unik yang pernah terjadi di posisi kursi kepelatihan Gli Azzurri?
Pozzo Terlama
Sampai sekarang Vittorio Pozzo menjadi pelatih yang paling lama bertahan di Gli Azzurri. Tercatat dia melatih selama 6927 hari. Tak heran dia menjadi salah satu pelatih yang paling terkenal di Italia karena sukses membawa negaranya menjuarai Piala Dunia 1934 dan 1938.

Tanggal 29 Juni 1912 adalah awal mula Pozzo menjadi allenatore. Meski satu bulan kemudian ia mengundurkan diri, ia kembali dipilih dua kali, yaitu tahun 1924 dan 1929.
Ditangani 8 Orang
Biasanya sebuah tim hanya dilatih oleh satu orang pelatih saja, tapi lain halnya dengan Italia. Negeri spaghetti ini ternyata pernah dilatih oleh sebanyak delapan orang pelatih, yaitu Armano, Goodley, Pasteur, F. Cali, Servetto, Megard, Giovanni Camperio dan Umberto Meazza.
Masa kepelatihan mereka ini terjadi pada tanggal 17 Maret 1912. Yang menarik, kedelapan orang ini hanya menjadi pelatih Gli Azzurri selama satu hari saja.
Enzo Bearzott
Bearzot Terbanyak
Selama 11 tahun masa kepelatihannya, Enzo Bearzot merupakan pelatih yang paling sering mengikuti pertandingan internasional bersama dengan timnas Italia. Total ada sebanyak 104 pertandingan yang telah ia jalani.
Sama seperti Pozzo, Bearzot juga sukses membawa Italia menjuarai Piala Dunia untuk yang ketiga kalinya, yaitu pada tahun 1982.
Kemenangan Terbanyak
Dari 97 pertandingan, Vittorio Pozzo menjadi pelatih yang banyak memberikan kemenangan bagi Gli Azzurri, yaitu 64 kemenangan. Masa ini terjadi dari rentang tahun 1912 hingga 1948.
Kekalahan Tersedikit
Tidak banyak pelatih yang sanggup membawa tim asuhannya terhindar dari kekalahan dengan jumlah sedikit. Tapi lain halnya dengan Marcello Lippi dan Cesare Maldini. Kedua orang ini berhasil membawa Italia hanya mengalami kekalahan sebanyak dua kali saja. Maldini melakukannya pada tahun 1997-1998, sementara Lippi melakukannya pada tahun 2004-2006.

Rekor Goal Piala Dunia Tercepat

 
MENCETAK gol makin terasa istimewa jika melakukannya dalam waktu singkat. Apalagi itu dilakukan di ajang sekelas Piala Dunia. Siapa saja yang beruntung menjadi pencetak gol tercepat di perhelatan empat tahunan itu?
Tercepat Pertama Kali
Ernst Lehner. Namanya mungkin kalah tenar dengan pemain atau legenda sepak bola Jerman lain. Tapi pemain yang telah tutup usia inilah pemain pertama yang berhasil mencetak gol tercepat di Piala Dunia.
Itu dilakukannya di Piala Dunia 1934 ketika mencetak gol dalam waktu 24 detik saja ke gawang Austria. Dua golnya ke gawang Austria di perebutan juara ketiga Piala Dunia 1934 itu, membantu Der Panzer keluar sebagai juara ketiga.
 
 
 
Hakan Sukur
11 Detik Saja
Itulah waktu yang diperlukan Hakan Sukur untuk mencetak gol ke gawang lawan dalam perebutan juara ketiga Piala Dunia 2002. Gol tersebut ini tidak hanya menjadikannya sebagai pencetak gol tercepat dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia, tapi juga membuat Turki keluar sebagai juara ketiga mengalahkan tuan rumah Korea Selatan, 3-2. Sukur yang pernah bermain bagi klub Galatasaray ini sekarang telah gantung sepatu dari dunia sepak bola. (Adek/Foto:Dok.SOCCER)
Lima besar pencetak gol tercepat sepanjang sejarah Piala Dunia: 
Hakan Sukur (Turki)
Waktu: 11 detik
Lawan: Korea Selatan
Babak: Perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2002
Vaclav Masek (Rep. Ceko)
Waktu : 15 detik.
Lawan : Meksiko.
Babak : Penyisihan Grup C Piala Dunia 1962.
Pak Seung-Zin (Korea Utara) 
Waktu : 23 detik.
Lawan : Portugal.
Babak : Perempat final Piala Dunia 1966.
Ernst Lehner (Jerman)
Waktu: 24 detik
Lawan: Austria
Babak: perebutan tempat ketiga Piala Dunia 1934
Bryan Robson (Inggris)
Waktu : 27 detik.
Lawan : Perancis.
Babak : Penyisihan Grup D Piala Dunia 1982.

Cidera Aneh Pemain Sepak Bola

Jerome Boateng/ dok.SOCCER 
Apa yang dialami Jerome Boateng dianggap sebagai salah satu kecelakaan teraneh yang dialami pebola. betapa tidak, bek Manchester City itu terpaksa absen sebulan setelah lututnya tertabrak troli pembawa air minum di dalam pesawat.
Insiden yang dialami Boateng mengingatkan kita pada beberapa kejadian aneh dan unik yang dialami pebola. Mereka harus mengalami cedera justru karena keteledoran mereka sendiri.
Berikut beberapa cedera aneh dalam sepak bola:
 
 
1. Markus Proll
Kiper Eintracht Frankfurt terjatuh saat sedang berlari menghindari kejaran gadis kecil yang memburu tanda tangannya
Markus Proll/ dok.SOCCER
2. Logan Baily
Sebuah AC (air Conditioner) jatuh di rumahnya, dan menimpa kaki kanannya. Akibatnya, pemain asal Belgia ini harus mengalami patahmetatarsal. 
Logan Baily/ dok.SOCCER
3. Paulo Guerrero
Striker asal Peru ini mengalami cedera hamstring saat berlari ke arah pesawat yang hendak tinggal landas. Niat tak mau ketinggalan pesawat, dia justru harus melewatkan pertandingan karena cedera gamstring.
Paulo Guerrero/ dok.SOCCER
4. Mike Hanke
Mantan striker timnas Jerman ini harus menerima lima jahitan akibat terpeleset saat di kamar mandi.
5. Santiago Canizarez
Saat memperkuat timnas Spanyol, mantan kiper Valencia itu harus mengalami keretakkan pda tulang di jari kakinya karena ketiban botol air mineral.
Santiago Canizarez/ 
dok.SOCCER
6. Celestine Babayaro
Berniat menunjukkan selebrasi akrobatik ala Miroslav Klose ataupun Nani, Celestine Babayaro justri harus mengalami patah kaki akibat aksi saltonya usai merayakan gol.
7. David Batty
Mantan gelandang timnas Inggris itu mengalami cedera tendon achillessaat kakinya terinjak sepeda motor roda tiga yang ditumpangi anak perempuannya.
8 Pavel Kuka
Striker republik Ceko itu harus mengalami sobek pada kakinya akibat terkena pecahan botol soda yang jatuh ke lantai.
9. Rio Ferdinand
Akibat terlalu lama bermain Pro Evolution di Playstation, bek Manchester United, Rio Ferdinand mengalami ketegangan pada otottendon di lututnya.
10. Steve Morrow 
Saat memenangi Piala Liga, selebrasi yang dilakukan Steve Morrow dan rekannya Tony Adams terlalu berlebihan. Setelah mengangkat Morrow, Adams melepaskan pegangannya hingga Morrow jatuh sangat keras hingga mengalami cedera bahu, serta patah tulang selangka.

Iswadi Idris: Si Boncel yang Ditakuti Asia

KOMPAS
Iswadi Idris (tengah) dalam aksinya menjebol gawang lawan.


MESKI pendek, tapi serbabisa dan produktif. Lebih 100 gol sudah dia cetak. Itulah salah satu kisah manis sepak bola Indonesia di masa lalu atas nama Iswadi Idris.
Membicarakan kebesaran sejarah sepakbola Indonesia, tak bisa melupakan era akhir 1960-an sampai akhir 1970-an. Saat itu Indonesia menjadi kiblat Asia. Dan, salah satu tokoh kebesaran itu adalah Iswadi Idris. Pemain yang dijuluki Boncel karena pendek (tinggi 165 cm) ini, termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia.
Karena kehebatannya pula, dia termasuk pemain yang ditakuti Asia. Meski pendek, Iswadi pemain ulet dan cerdas. Dia juga serbabisa. Mengawali karier sebagai bek kanan, tapi dia juga sering dipasang sebagai gelandang kanan. Bahkan di akhir kariernya di timnas tahun 1980, dia malah diplot sebagai sweeper.
Hebatnya, dia bisa menjalani semua posisi itu dengan baik. Bersama Sutjipto Suntoro, Jacob Sihasale dan Abdul Kadir, dia punya popularitas besar di Asia. Itu semua berkat permainan mereka yang memang luar biasa. Bahkan, empat sekawan ini dinilai sebagai penyerang tercepat.
Di masa itu, sepakbola Indonesia sangat dihormati Asia. Bahkan, bersama Burma (sekarang Myanmar, Red), Indonesia merupakan kekuatan utama. Apalagi, timnas Indonesia saat itu sudah biasa bertemu tim-tim besar seperti PSV Eindhoven, Santos, Fiorentina, Uruguay, Sao Paulo, Bulgaria, Jerman, Uni Soviet dan masih banyak lagi.
“Jepang, Korea Selatan dan tim Timur Tengah belum punya cerita. Kekuatan besar dimiliki Indonesia dan Burma,” jelas Iswadi dalam wawancara di PSSI tahun lalu.
Tentang berbagai posisi yang dia jalani, Iswadi mengaku bisa menikmatinya. “Posisi yang sering saya perankan adalah sayap kanan. Saya suka menusuk ke gawang lawan. Entah sudah berapa gol yang saya ciptakan, yang jelas lebih dari 100 kalau dijumlah dari awal sampai akhir karier,” jelas Iswadi Idris yang kini menjadi pengurus PSSI itu.
Bakat yang dimiliki Iswadi memang istimewa. Dia tak hanya punya kecepatan lari, tapi juga teknik sepakbola yang baik. Selain itu, visi permainan Iswadi juga luas, ditopang kemampuannya memimpin rekan-rekannya. Wajar jika dia segera dijadikan kapten timnas sejak awal 1970-an sampai 1980.
Menjadi pemain sepakbola yang lama membela timnas dan dikenal luas sampai seantero Asia, sebenarnya tak pernah dipikirkan Iswadi. Awalnya dia malah menyukai atletik, karena punya kecepatan lari. Baru pada 1961, dia membaca temannya memperkuat Persija Junior di koranPedoman Sport. Iswadi yang sejak umur 4 tahun tinggal di Kramat Lima, Jakarta Pusat, kemudian tertarik bermain bola. Awalnya bergabung dengan Merdeka Boys Football Association (MBFA), kemudian ke Indonesia Muda (IM).
“Kebetulan rumah saya dekat Taman Ismail Marzuki (TIM). Dulu masih berupa kebon binatang. IM berlatih di Lapangan Anjing, tempat melatih anjing. Akhirnya saya pindah ke klub itu,” katanya.
Iswadi pun semakin menikmati sepakbola, bahkan serius menggelutinya hingga menjadi salah satu legenda Indonesia. “Sepakbola hobi yang berharga. Dulu kami bermain ingin terkenal, juga demi pengabdian kepada bangsa. Jadi semangatnya berlebihan,” terangnya.
Selama kariernya sebagai pemain sepakbola, bukan sebuah gol indah yang membuat Iswadi Idris kepikiran sampai sekarang. Justru kegagalannya mencetak gol. Itu terjadi tahun 1972, ketika Indonesia menjamu Dynamo Kyiv dalam partai uji coba di Senayan.
“Kiper Dynamo adalah penjaga gawang terbaik abad ini, Lev Yashin. Saya bertekad menaklukkannya agar menjadi kenangan terindah. Kesempatan ada, tapi tak saya manfaatkan. Itu penyesalan yang masih terpikir sampai sekarang,” tutur Iswadi.
Waktu itu, dia menerima umpan terobosan dari Sutjipto. Dalam keadaan bebas dengan posisi yang sama, dia biasanya menendang bola ke gawang dan hampir selalu gol. “Tapi karena karisma Lev Yashin, saya seperti tak melihat ada celah untuk mencetak gol. Saya justru mengumpankan bola ke Jacob Sihasale. Dia tak siap, karena biasanya saya menendang sendiri dan gol. Habis pertandingan, pelatih Djamiat Dahlar pun kecewa karena saya menyia-siakan kesempatan,” sesalnya lagi.

DIISUKAN KENA SUAP
Menjadi bintang besar memang menyenangkan. Tapi, tak selamanya selalu penuh puja-puji. Demikian juga yang dialami Iswadi. Dia dan rekan-rekannya pernah syok karena diisukan terkena suap, saat membela Indonesia di babak Pra Piala Dunia 1978 lawan Singapura.
Pada pertandingan di Singapura, 9 Maret 1977, Indonesia secara mengejutkan dikalahkan tuan rumah 0-4. Padahal Singapura tim kecil dibanding Indonesia. Sebelumnya, koran-koran Indonesia dan Singapura meniupkan isu bahwa Iswadi dan kawan-kawannya menerima suap.
“Oleh sebuah koran, saya diceriterakan menyelinap lewat jendela keluar dari hotel pemain. Katanya saya mendatangi Karpak, sebuah nightclub di Singapura, dan menerima suap. Itu tak pernah terjadi. Saya dan teman-teman tak pernah menerima suap. Sueb Rizal (pemain seangkatannya, Red) tahu persis saya tak ke mana-mana, karena saya sekamar dengannya. Saya kira, isu suap sengaja diembuskan pihak Singapura agar mental kami turun dan tim Indonesia kacau,” tuturnya.
Kasus itu ternyata berbuntut panjang. Seminggu kemudian, Iswadi memperkuat Persija di Piala Marahalim di Medan. “Kebetulan, sebagian besar pemain timnas Indonesia memperkuat Persija. Begitu kami masuk lapangan, langsung dlempari benda keras oleh penonton. Kami mencoba tabah meski dituduh menerima suap,” jelasnya.
Untungnya, Persija tampil memukau. Setelah mengalahkan juara bertahan dua kali (Australia), kemudian menundukkan Thailand. Para penonton Medan pun akhirnya kembali memberikan dukungan penuh, apalagi PSMS Medan sudah teringkir.
“Di final lawan Jepang, kami seperti membawa nama Indonesia. Penonton memberi dukungan penuh dan kami menang 1-0. Itu pengalaman yang menyenangkan, sekaligus sangat memuaskan. Kami bisa menunjukkan sebagai pemain yang disiplin, meski dihantam isu suap,” ceritanya.
Iswadi sendiri tampil memukau di Piala Marahalim. Tapi, itu hanya salah satu pembuktian atas kehebatannya. Selama 12 tahun kariernya di timnas (1968-1980), dia ikut membuat sepakbola Indonesia disegani di Asia. Sebutannya boleh Boncel, tapi prestasinya mengangkasa.


Data Iswadi
Nama lengkap:
 Iswadi Idris
Julukan: Boncel, Bos
Lahir: Banda Aceh (Indonesia), 18 Maret 1948
Posisi: Gelandang/bek kanan
No. Kostum: 13
Karier klub: MBFA (1957-1961), IM Jakarta (1961-1968, 1970-1974), Pardedetex (1968-1970), Western Suburb Australia (1974-1975), Jayakarta (1975-1981), Persija (1966-1980)
Karier timnas: 1968-1980
Prestasi: Juara TIM Cup (1968), Merdeka Games (1969), Pesta Sukan (1972), Anniversary Cup (1972), Pemain Terbaik Piala Marahalim 1973

Kecelakaan Munich: Mimpi Buruk Setan Merah


Pesawat Elisabeth yang terjatuh dan menewaskan delapan pemain MU serta 15 penumpang lainnya.


SORE, 6 Februari 1958. Langit Kota Munich begitu gelap. Salju terus turun membuat pandangan mata terasa kabur, sementara hawa begitu dingin. Sesekali angin besar memainkan butiran salju hingga berhamburan ke mana-mana.
Meski begitu, suasana pesawat Elisabeth riang dan bahagia oleh canda dan tawa tim Manchester United. Tim yang saat itu dilatih tokoh legendaris Matt Busby, baru saja menahan Red Star Belgrade 3-3, sekaligus lolos ke semifinal Liga Champions.
Ini memang masa keemasan MU yang dijuluki Busby Babes. Mereka punya permainan memukau dan juara Liga Inggris pada 1956 dan 1957. Bahkan, banyak yang menilai MU berpeluang menjuarai Liga Champions.
Mereka berada di Bandara Munich-Riem, karena pesawatnya melakukan transit dan pengisian bahan bakar. Bayangan bakal disambut bak pahlawan sudah menggantung di pikiran para pemain Setan Merah. Lolos ke semifinal adalah pengalaman pertama tim itu. Dan, jarak Munich ke Manchester hanya beberapa jam saja dengan pesawat.
Setelah segalanya beres, pesawat milik British European Airways (BEA) itu pun kembali melakukantake-off. Percobaan pertama gagal. Yang kedua juga demikian, karena masalah mesin. Setelah dilakukan serangkaian perbaikan, kapten pilot James Thain pun mencoba melakukan take-off ketiga.
Agak berhasil. Pesawat seolah akan terbang normal pada pukul 15.04 waktu Munich. Namun, pesawat itu ternyata gagal mencapai ketinggian optimal untuk terbang ke udara. Kecepatan yang tadinya sudah mencapai 217 km/jam, menurun menjadi 194 km/jam.
Blaaast! Tiba-tiba pesawat belangsatan, dan terjatuh menimpa rumah penduduk karena tak cukup kekuatan untuk terbang tinggi. Tubuh burung besi yang membawa 44 penumpang - termasuk tim MU - itu pun terguling-guling dan hancur.
Tujuh pemain MU - Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, Liam 'Billy' Whelan - tewas seketika. Sedangkan Duncan Edwards meninggal di rumah sakit pada 21 Februari. Sebanyak 15 penumpang lainnya, termasuk wartawan dan ofisial MU, ikut meninggal.
Pelatih Matt Busby sedniri terluka parah. Dia harus dirawat di rumah sakit selama dua bulan. Karena itu, sempat ada kekhawatiran Liga Champions 1958 akan dibatalkan, karena salah satu semifinalis sedang berduka.
Namun, Setan Merah tetap siap meneruskan kompetisi dengan pemain yang tersisa dan para pemain cadangan. Mereka yang selamat dari bencana itu adalah Johnny Berry, Jackie Blanchflower, Dennis Viollet, Ray Wood, Bobby Charlton, Bill Foulkes, Harry Gregg, Kenny Morgans dan Albert Scanlon. Sedangkan asisten pelatih Jimmy Murphy, menggantikan Matt Busby untuk sementara.
Dengan tim yang kurang lengkap, MU tampil memukau di semifinal. Tapi, mereka kurang cukup modal untuk meladeni AC Milan dan akhirnya tersingkir.
Itu menjadi bencana paling kelam dalam sejarah MU. Maka, MU selalu mengenangnya. Dan, 6 Februari 2008 lalu adalah tepat 50 tahun bencana yang sering disebut Tragedi Munich itu.
Itu juga menajdi tragedi nasional bagi Inggris. Maka, pada pertandingan persahabatan antara timnas Inggris lawan Swiss di Wembley, 6 Februari 2008, semua pemain menyempatkan hening sejenak mengenang para korban kecelakaan itu, sekaligus mengirim doa.
Namun, kontroversi sempat merebak kala MU melawan rival sekota Manchester City pada 10 Februari 2008. MU meminta semua hening semenit untuk mengenang tragedi itu, tapi sebagian suporter Man. City menolak dan mengancam akan mengganggu.
Yang pasti, tragedi itu menjadi mimpi terburuk MU. Maka, klub itu membuat acara meriah pada peringatan 50 tahun Tragedi Munich. Gambar tim Busby Babes menghiasi Stadion Old Trafford. Berbagai selamatan juga dilakukan
 

info unik Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger