Revolusi Napoli era Diego Maradona
Ketika Maradona dikontrak Napoli di musim 1984-85 dengan harga 13 juta dollar AS (sekitar Rp153 miliar), kelompok mafia asal Napoli, Camora, diduga ikut andil dalam proses transfernya. Mereka menyediakan sebagian dari dana transfer guna mengambil pemain yang saat itu berusia 24 tahun dari Barcelona.
Tak lama setelah bergabung dengan Napoli, pemain asal Argentina pun dekat dengan klan Camora, yakni keluarga Guillanos. Ketika Napoli menjuarai Serie-A pada musim 1986-87, keluarga Guillanos membiayai seluruh pesta perayaan yang digelar di jalan-jalan Kota Napoli. "Tak lama sesudah menghadiahkan Napoli sebuah penalti kontroversial, seorang wasit langsung mengganti mobil Flat-nya dengan sebuah mobil Mercedez," kata seorang pemain sepak bola yang tak disebutkan namanya melalui La Gazzetta Dello Sport.
Suara sumbang juga muncul dari seorang pakar statistik sepak bola Italia. Menurutnya, selama musim 1986-87, para klub rival Napoli setidaknya tak diberikan 10 penalti yang seharusnya diberikan para wasit. Sebuah kabar lain menyebutkan kalau Maradona diduga sudah memberikan berbagai hadiah kepada seorang wasit yang sudah memenangkan pertandingan Napoli. Dia mengunjungi di ruangan wasit dan memberikan rokok asli Kuba dan menandatangani kostum sepak bola sebagai hadiah bagi anak-anak wasit tersebut.
Arsenal membuat Tottenham Hotspurs terdegradasi di musim 1927-28
Sir Henry Norris, kedua dari kanan.
Persaiangan antara Arsenal dan Tottenham ternyata sudah dimulai pada 1920-an. Saat itu chairman Arsenal, Sir HEnry Norris diduga sudah menyuap Chairman Football League, John Mckenna guna mempromosikan timnya ke divisi utama. Padahal saat itu, Arsenal hanya finis di posisi kelima divisi dua. Dan, di saat yang sama The Spurs malah terdegradasi ke divisi dua.
Norris sepertinya belum puas menjungkalkan rival sekotanya itu. Di musim 1927-28, dia melakukannya sekali lagi. Meski tak lagi berstatus sebagai chairman, dia memnita Arsenal untuk membiarkan Porstmouth memenangkan laga. The Pompeys menang 2-0. Hasil yang sangat mengejutkan. Dengan kemenangan itu, Tottenham yang bersaing dengan Porstmouth pun harus rela terdegradasi sekali lagi. Padahal kalau saja Arsenal berhasil menahan seri Portsmouth, maka Tottenham akan tetap berada di divisi utama. Dua pekan kemudian, semua anggota tim Arsenal menerima hadiah yang disebut-sebut berasal dari Norris.
Setahun kemudian, sebuah panel FA meminta penjelasan Norris terhadap dugaan pengaturan skot itu. Menurur juru bicaranya, Norris sangat tersinggung dengan tuduhan itu. Sebagai hasilnya, FA melarang Norris untuk terlibat di dunia sepak bola seumur hidupnya.
22 Feb 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)