19 Jun 2011

Leonardo, Matang Sebagai Pemain, Labil Sebagai Pelatih

Leonardo Nascimento de Araújo atau yang lebih dikenal dengan nama Leonardo telah mengambil sebuah keputusan yang membuat kecewa publik Milan. Keinginan Leo untuk meninggalkan Inter di musim depan telah membuat banyak pendukung Inter termasuk presiden klub, Massimo Moratti merasa dikhianati.
Pada bulan April lalu, sehari sebelum pertandingan melawan Cesena, Leo sempat mengumumkan pada media bahwa ia merasa nyaman berada bersama Inter. "Saya saat ini merasa menjadi seorang pelatih, lebih dari yang saya rasakan sebelumnya. Saya merasa lebih kuat dan telah matang. Saya telah berubah dan saya akan terus berkembang," ungkap Leo pada wartawan.
Namun ketika datang tawaran padanya dari mantan klubnya Paris Saint-German, Leo mulai mempertimbangkan tawaran tersebut dan seakan lupa dengan pernyataannya pada bulan April lalu. Akhirnya ia mengungkapkan keinginannya untuk hengkang dari Giuseppe Meazza langsung kepada Moratti.
Kini Nerazzurri tengah dipusingkan dengan aksi Leo yang berniat meninggalkan mereka karena Serie A akan segera bergulir dan mereka masih belum mendapat kejelasan pelatih. Bukan hanya itu saja, ketika tim-tim lain sibuk merampingkan dan menambah armada mereka, La Beneamata justru sibuk mencari sosok pelatih baru.
Moratti bukannya segera mencari pengganti Leo, ia malah berharap agar Leo tetap bertahan bersama Inter. "Mungkin itu semua hanya asap tanpa api, dan semuanya bisa bertahan seperti apa adanya sekarang," ungkap Moratti pada Sky Sport Italia.

Sebenarnya ini bukan kali pertama pria keturunan Brazil ini melakukan tindakan yang melukai klubnya. Semua orang juga tahu bahwa sebelum melatih Inter, Leo adalah bintang kebanggan AC Milan. Saat menjadi pemain AC Milan ia total tampil pada 103 pertandingan dan mengantar Rossoneri meraih scudetto pada musim 1998-1999. Secara keseluruhan ia telah bersama Milan selama 13 tahun. Pada tahun 2009-2010 ia resmi menjadi pelatih Genaro Gatusso dkk.
Hanya satu musim saja Leo melatih AC Milan. Ia gagal membawa Rossoneri untuk menjegal Inter meraih Scudetto ke-18 mereka. Silvio Berlusconi pun akhirnya tidak puas dengan hasil yang diperlihatkan Leo. Berlusconi terus memberikan tekanan kepada Leo untuk segera meninggalkan Inter. Keduanya sering terlibat pertengkaran dan akhirnya Inter memanggil Leo untuk melatih Wesley Sneijder dkk di musim lalu.
Keputusan Leo untuk melatih Milan dipertanyakan banyak pemain dan rekannya di AC Milan. Tak cukup meninggalkan Milan, Leo menyebut presiden Milan, Silvio Berlusconi sebagi orang yang tidak waras.
"Ada sesuatu dalam diri Berlusconi yang tidak benar. Tidak mungkin untuk hidup berdampingan dengan Presiden seperti itu. Dia memiliki gaya lain yang berhubungan dengan hal-hal tertentu dan saya tidak tahu mengapa ia begitu sering mengkritik saya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan orang itu," ucap Leo.
Ucapan Leo ini dikecam Adriano Galliani. Leo yang merasa bersalah, berusaha meminta maaf kepada Galliani namun Galliani tidak mau memaafkan Leo akibat pandangannya kepada Berlusconi.

"Saya bilang padanya tidak! Apakah jawaban itu untuk permohonan Leonardo yang akan menuju Inter? Bukan! tapi untuk permohonan maafnya," tegas Berlusconi.
Terlepas dari opini bahwa Leonardo adalah pengkhianat bagi Inter dan AC Milan, mungkin Leonardo tidak pernah salah. Leo sebenarnya tidak pernah berkeinginan untuk menjadi pelatih.
Fakta ini terungkap setelah Galliani akhirnya mengungkapkan bahwa sebenarnya dialah yang menyuruh Leo untuk melatih Milan. "Ia mengungkapkan pada kami bahwa ia tidak ingin menjadi pelatih namun saya memaksanya untuk mengambil jabatan itu karena saya yakin ia mampu menunjukkan hasil yang baik," ungkap Galliani.
Sebelum meninggalkan Milan, Leonardo sempat menyatakan keinginannya untuk berhenti kepada Gattuso, "ia (Leonardo) memberi tahu kami bahwa ia tidak ingin menjadi Pelatih lagi, beberapa kali ia menegaskan bahwa karir pelatih tidak cocok baginya," terang Gattuso.

Leonardo sebenarnya memberikan hasil yang cukup baik bagi Inter. Leo mampu membawa Nerazzurri memenangi 17 pertandingan dan dua kali meraih hasil imbang dari 23 pertandingan yang telah dilalui Inter. Rata-rata poin per pertandingan yang mereka peroleh adalah 2,35. Hasil ini lebih baik dari apa yang dicapai Mourinho yang per pertandingan hanya mampu memperoleh 2.16 poin.
Jika memang karir pelatih tidak cocok bagi Leo, ia tentu tidak harus menerima pinangan PSG. Sebutan pengkhianat seharusnya tidak ia dapatkan jika ia memutuskan untuk pindah di akhir musim ia menangani Nerazzurri. Keputusan Leo seakan tidak sesuai dengan ucapan yang ia sampaikan. Terlebih meninggalkan Inter di Bulan Juni, beberapa saat sebelum kompetisi dimulai.

0 komentar em “Leonardo, Matang Sebagai Pemain, Labil Sebagai Pelatih”

Posting Komentar

 

info unik Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger